iPhone Air Gagal Total, Bukti Pasar Tak Butuh Ponsel Setipis Kertas - detik
3 min read
iPhone Air Gagal Total, Bukti Pasar Tak Butuh Ponsel Setipis Kertas
LSabtu, 29 November 2025 - 15:52 WIB
iPhone Air yang gagal total di pasaran memicu kepanikan massal di kalangan kompetitor seperti Xiaomi dan Vivo untuk membatalkan proyek serupa. Foto: ist
A
A
A
CUPERTINO - Ambisi Apple untuk memangkas ketebalan iPhone Air hingga setipis silet, justru menjadi bumerang yang memangkas habis minat pembeli. Bahkan, menciptakan guncangan hebat di industri telekomunikasi global.
Apa yang digadang-gadang sebagai revolusi desain terbesar sejak iPhone X tahun 2017, kini berakhir menjadi tragedi yang memaksa para raksasa teknologi dari China hingga Korea Selatan menarik rem darurat atas mimpi "ponsel diet" mereka.
Apa yang digadang-gadang sebagai revolusi desain terbesar sejak iPhone X tahun 2017, kini berakhir menjadi tragedi yang memaksa para raksasa teknologi dari China hingga Korea Selatan menarik rem darurat atas mimpi "ponsel diet" mereka.
Sejak diluncurkan dengan gemuruh sorak sorai pada September 2025, iPhone Air menghadapi realitas pasar yang perih.
Laporan terbaru dari DigiTimes menyingkap tabir gelap di balik markas Cupertino: ponsel dengan profil 5,6 milimeter ini gagal menemukan tuannya.
Penjualannya bukan sekadar lesu, melainkan mandek total, sebuah anomali bagi jenama sekelas Apple yang biasanya mampu menjual apa saja, bahkan kain lap seharga ratusan ribu rupiah.
Kematian di Lini Produksi: Foxconn Bongkar Mesin
Indikator paling nyata dari kegagalan ini bukan hanya terlihat di rak-rak toko yang berdebu, melainkan di jantung manufaktur mereka.
Laporan rantai pasok menyebutkan bahwa Foxconn, mitra perakit utama Apple, telah membongkar seluruh lini produksi khusus iPhone Air. Langkah drastis ini adalah sinyal "kiamat kecil" bagi sebuah produk yang baru berumur dua bulan.
Tidak berhenti di sana, Luxshare, pemasok vital lainnya, dilaporkan telah menghentikan total pembuatan perangkat tersebut pada akhir Oktober 2025.
Keputusan mematikan mesin produksi secepat ini adalah preseden buruk yang jarang terjadi dalam sejarah modern Apple, menandakan bahwa stok yang ada saat ini sudah jauh melebihi permintaan pasar.
Laporan rantai pasok menyebutkan bahwa Foxconn, mitra perakit utama Apple, telah membongkar seluruh lini produksi khusus iPhone Air. Langkah drastis ini adalah sinyal "kiamat kecil" bagi sebuah produk yang baru berumur dua bulan.
Tidak berhenti di sana, Luxshare, pemasok vital lainnya, dilaporkan telah menghentikan total pembuatan perangkat tersebut pada akhir Oktober 2025.
Keputusan mematikan mesin produksi secepat ini adalah preseden buruk yang jarang terjadi dalam sejarah modern Apple, menandakan bahwa stok yang ada saat ini sudah jauh melebihi permintaan pasar.
Kritik Pedas: Arogansi Desain di Atas Fungsi
Mengapa produk dari perusahaan paling bernilai di dunia ini bisa tersungkur sedemikian rupa?
Jawabannya terletak pada "arogansi desain" yang mengabaikan kebutuhan fundamental pengguna. Apple terjebak dalam obsesi estetika, memaksa bentuk mengalahkan fungsi (form over function).
Demi mengejar ketebalan ekstrem 5,6 mm, Apple melakukan "kebiri" spesifikasi yang tak termaafkan bagi konsumen di tahun 2025.
iPhone Air hadir dengan baterai berkapasitas kerdil dan hanya dibekali satu kamera belakang. Padahal, di era konten visual saat ini, kamera tunggal adalah fitur usang yang biasanya ditemukan pada ponsel entry-level.
Ironisnya, Apple membanderol "kekurangan" ini dengan harga selangit.
Konsumen yang rasional tentu mencak-mencak. Dengan harga yang hanya sedikit di bawah seri iPhone 17 Pro, pembeli bisa mendapatkan tiga kamera canggih, prosesor lebih ngebut, dan daya tahan baterai yang jauh lebih superior.
Jawabannya terletak pada "arogansi desain" yang mengabaikan kebutuhan fundamental pengguna. Apple terjebak dalam obsesi estetika, memaksa bentuk mengalahkan fungsi (form over function).
Demi mengejar ketebalan ekstrem 5,6 mm, Apple melakukan "kebiri" spesifikasi yang tak termaafkan bagi konsumen di tahun 2025.
iPhone Air hadir dengan baterai berkapasitas kerdil dan hanya dibekali satu kamera belakang. Padahal, di era konten visual saat ini, kamera tunggal adalah fitur usang yang biasanya ditemukan pada ponsel entry-level.
Ironisnya, Apple membanderol "kekurangan" ini dengan harga selangit.
Konsumen yang rasional tentu mencak-mencak. Dengan harga yang hanya sedikit di bawah seri iPhone 17 Pro, pembeli bisa mendapatkan tiga kamera canggih, prosesor lebih ngebut, dan daya tahan baterai yang jauh lebih superior.
Efek Domino: Xiaomi, Oppo, dan Vivo Balik Kanan
Kegagalan iPhone Air menciptakan efek riak (ripple effect) yang menjalar hingga ke Shenzhen dan Beijing. Para raksasa China yang selama ini dikenal sering mengekor tren Apple—Xiaomi, Oppo, dan Vivo—kini panik. Mereka yang sebelumnya berlomba-lomba menyiapkan pesaing iPhone Air, mendadak membekukan proyek tersebut.
Xiaomi, yang dikabarkan sedang mengembangkan model "True Air" untuk menandingi Apple, kini memilih mundur teratur. Vivo, yang berniat menipiskan seri S kelas menengah mereka, juga dilaporkan menunda rencana tersebut.
Bahkan komponen eSIM yang sudah dicadangkan untuk proyek-proyek ponsel tipis ini kini dialihkan ke perangkat lain. Samsung pun setali tiga uang; raksasa Korea ini dikabarkan membatalkan peluncuran Galaxy S26 Edge, sebuah produk yang tadinya disiapkan untuk bertarung di segmen ultra-tipis.
Para pesaing ini sadar, jika Apple dengan kekuatan mereknya yang masif saja gagal meyakinkan konsumen untuk membeli ponsel tipis dengan spesifikasi terbatas, maka peluang mereka untuk sukses di ceruk yang sama adalah nihil.
Xiaomi, yang dikabarkan sedang mengembangkan model "True Air" untuk menandingi Apple, kini memilih mundur teratur. Vivo, yang berniat menipiskan seri S kelas menengah mereka, juga dilaporkan menunda rencana tersebut.
Bahkan komponen eSIM yang sudah dicadangkan untuk proyek-proyek ponsel tipis ini kini dialihkan ke perangkat lain. Samsung pun setali tiga uang; raksasa Korea ini dikabarkan membatalkan peluncuran Galaxy S26 Edge, sebuah produk yang tadinya disiapkan untuk bertarung di segmen ultra-tipis.
Para pesaing ini sadar, jika Apple dengan kekuatan mereknya yang masif saja gagal meyakinkan konsumen untuk membeli ponsel tipis dengan spesifikasi terbatas, maka peluang mereka untuk sukses di ceruk yang sama adalah nihil.
Masa Depan yang Tertunda
Laporan dari Asia menyebutkan bahwa Apple kini tengah menjilat ludah sendiri. Mereka menunda pengembangan generasi kedua iPhone Air untuk melakukan desain ulang total.
Rencana penambahan kamera kedua dan perbaikan manajemen baterai sedang digodok. Ini seolah megakui bahwa desain generasi pertama adalah sebuah kesalahanfatal.
Rencana penambahan kamera kedua dan perbaikan manajemen baterai sedang digodok. Ini seolah megakui bahwa desain generasi pertama adalah sebuah kesalahanfatal.
(dan)