Luncurkan UBIOS Gantikan UEFI, China Ingin Lepas dari Ketergantungan Firmware Barat - Mobitekno
Luncurkan UBIOS Gantikan UEFI, China Ingin Lepas dari Ketergantungan Firmware Barat - Mobitekno
Mobitekno – Perang dagang antara Amerika Serikat dan China mulai membawa dampak ke banyak aspek. Perlahan-lahan China mulai melepaskan diri dari ekosistem teknologi Barat. Melalui Global Computing Consortium (GCC), negara tersebut secara resmi telah meluncurkan standar firmware independen pertamanya yang disebut UBIOS, atau “Unified Basic Input/Output System”.
Keputusan untuk melakukan pemisahan (decoupling) standar diambil China bukan sekadar pembaruan teknis melainkan langkah strategis mereka untuk terbebas dari dominasi panjang UEFI (Unified Extensible Firmware Interface) yang selama ini menjadi standar global.
Peluncuran dengan kode identifikasi resmi T/GCC 3007-2025 ini menjadi salah satu langkah penting China untuk membangun kemandirian teknologi. Selama ini, sama seperti banyak negara lainnya, China sangat bergantung pada perkembangan UEFI.

Salah satu pertimbangan pemisahan dari standar UEFI yang telah berevolusi dari BIOS lama adalah faktor teknologi perusahaan AS, dalam hal ini Intel dan Microsoft. Ada pula faktor lain, yaitu “Document 79” yang menandakan keinginan Tiongkok untuk “keluar dari” atau setidaknya “mengurangi secara drastis” penggunaan teknologi Barat dalam sistem pemerintahan dan perusahaan besar milik negara, dengan target sekitar tahun 2027.
Berkaca dari perang dagang dengan AS yang tidak kunjung selesai dan dorongan untuk mencapai tujuan dari “Document 79”, aksi China untuk lepas dari ketergantungan firmware UEFI yang dikontrol negara lain (asing) menjadi sangat beralasan.
Menggugat kelemahan fundamental UEFI
Selama dua dekade terakhir, UEFI telah mendominasi platform x86 dan meluas ke server ARM, PC, dan ekosistem RISC-V. Namun, di balik dominasinya, UEFI dianggap menyimpan sejumlah kelemahan oleh Tiongkok sehingga menjadi alasan alasan mereka untuk membangun standar teknologi firmware sendiri.
Para pengembang UBIOS mengklaim bahwa spesifikasi UEFI telah mengalami “development bloat” atau kode yang membengkak. Implementasi referensi yang dibuat Intel, TianoCore EDK II, digunakan secara universal namun dianggap tidak efisien.

Kelemahan yang lebih dalam terletak pada fondasinya. UEFI sangat terkait erat dengan kerangka kerja Intel dan Microsoft. Sistem deteksi kmponen dan antarmuka loading sistem operasinya bergantung pada arsitektur prosesor x86 dan tabel sistem ACPI (Advanced Configuration and Power Interface).
Meskipun UEFI telah mendukung arsitektur non-x86, seperti ARM, RISC-V, dan arsitektur domestik Tiongkok, LoongArch, integrasinya dilaporkan hanya sebagian dan seringkali ‘membingungkan’. UEFI juga dinilai tidak ideal untuk komputasi heterogen modern, seperti motherboard dengan banyak CPU yang berbeda.
UBIOS: Arsitektur firmware baru untuk komputasi heterogen
UBIOS diklaim telah dirancang sebagai solusi atas keterbatasan tersebut. China memilih untuk membangun arsitektur yang baru, meskipun ada laporan yang menyebutkan mereka membangunnya dari spesifikasi BIOS orisinal sebelumnya. Hasilnya adalah arsitektur firmware yang diklaim sebagai ekosistem domestik pertama yang lengkap, terstandarisasi, dan skalabel.
Keunggulan utama UBIOS terletak pada desainnya yang modern. Standar ini secara native mendukung arsitektur terdistribusi dan komputasi heterogen. Ini berarti UBIOS dirancang untuk menangani skenario komputasi kompleks yang kini menjadi tren, seperti penggunaan chiplet dan motherboard yang menggunakan beberapa CPU yang berbeda, sesuatu yang sulit ditangani oleh UEFI.
UBIOS juga menjanjikan manajemen perangkat keras (hardware) yang terpadu dan dukungan penuh yang jauh lebih baik untuk arsitektur non-x86, termasuk ARM, RISC-V, dan LoongArch.
Langkah strategis menuju otonomi penuh
Peluncuran UBIOS merupakan langkah strategis China menuju otonomi penuh dalam infrastruktur dan ekosistem komputer. Daftar anggota penyusun standar ini menunjukkan keseriusan proyek tersebut.
Sebanyak 13 perusahaan teknologi dan badan penelitian terkemuka Tiongkok terlibat di dalam, termasuk nama-nama besar seperti Huawei Technologies, China Electronics Standardization Institute (CESI), Nanjing BAI AO (Byosoft), dan Kunlun Tech.

Dengan UBIOS, Tiongkok tidak lagi hanya bermain di lapisan aplikasi atau sistem operasi, tetapi kini mereka membangun fondasi paling dasar dari sebuah sistem komputasi. Ini memberi mereka kendali penuh atas bagaimana perangkat keras berkomunikasi dengan perangkat lunak, sebuah langkah krusial untuk keamanan siber nasional dan inovasi perangkat keras di masa depan.
Apakah langkah decoupling teknologi firmware ini akan sukses tergantung dari beberapa faktor, salah satunya adalah adopsi. Masih perlu dilihat apakah UBIOS akan sukses diadopsi secara luas, mungkin seperti standar terbuka RISC-V, atau justru akan bernasib seperti LoongArch yang adopsinya masih sangat terbatas.