0
News
    Ingin Cepat Kaya? Kerja, Jangan Judi - Kumpulan Informasi Teknologi Hari ini, Setiap Hari Pukul 16.00 WIB
    Home Android Featured Gadget Smartphone Spesial

    Satu Miliar Pengguna Android di Seluruh Dunia Masih Pakai Android 13 - Mistar ID

    3 min read

     

    Satu Miliar Pengguna Android di Seluruh Dunia Masih Pakai Android 13

    EH

    Jakarta, MISTAR.ID

    Lebih dari sepertiga pengguna Android di seluruh dunia masih menjalankan Android 13 atau versi di bawahnya. Temuan ini berdasarkan data StatCounter dan memunculkan kekhawatiran tersendiri, mengingat Android 13 sudah diperkenalkan sejak 2022.

    Artinya, ada sekitar satu miliar perangkat Android yang kini beroperasi tanpa perlindungan keamanan resmi terbaru dari Google.

    Persoalan tersebut bukan hanya soal tertinggal pembaruan fitur. Perusahaan keamanan siber Zimperium mengungkapkan bahwa dalam periode tertentu setiap tahun, lebih dari separuh perangkat mobile global masih menggunakan sistem operasi yang sudah usang.

    Sebagian di antaranya bahkan telah terpapar atau disusupi ancaman keamanan. Perangkat yang tak lagi menerima patch keamanan rutin pun menjadi sasaran empuk bagi penjahat siber.

    Gambaran nyata bisa dilihat dari pembaruan keamanan Android yang dirilis pada Desember lalu. Update tersebut menutup 107 celah keamanan, termasuk sejumlah kerentanan dengan tingkat risiko tinggi, seperti dikutip dari Phone Arena, Minggu (28/12/2025).

    Baca Juga:

    Sayangnya, bagi pengguna ponsel lama yang sudah tak masuk daftar dukungan, celah tersebut tetap terbuka. Kondisi ini membuat perangkat yang digunakan sehari-hari rentan dimanfaatkan peretas sebagai jalan masuk untuk mencuri data pribadi, informasi login aplikasi, hingga data finansial.

    Jika disandingkan dengan ekosistem Apple, situasinya tampak jauh berbeda. StatCounter mencatat sekitar 90 persen iPhone aktif di dunia masih menerima pembaruan perangkat lunak resmi. Dengan kata lain, hanya sekitar satu dari sepuluh iPhone yang sudah tidak lagi mendapat dukungan. Kesenjangan ini sebagian besar disebabkan oleh fragmentasi di ekosistem Android, di mana ratusan produsen menggunakan Android dengan variasi chipset dan antarmuka masing-masing.

    Fragmentasi tersebut membuat proses distribusi pembaruan Android menjadi jauh lebih kompleks. Setiap update harus disesuaikan dengan spesifikasi perangkat keras, jenis prosesor, serta lapisan antarmuka buatan pabrikan. Akibatnya, meskipun Google sudah menambal celah keamanan di tingkat sistem inti, patch tersebut sering kali terlambat tiba atau bahkan tidak pernah sampai ke tangan pengguna.

    Menurut Security Boulevard, kondisi ini menciptakan situasi berisiko tinggi. Kerentanan sudah tercatat secara publik, tetapi masih dapat dieksploitasi pada jutaan perangkat karena pembaruan belum merata. Dalam praktiknya, pelaku kejahatan siber mengetahui dengan jelas model ponsel mana yang paling rentan dan akan menjadikannya target utama.

    James Maude dari BeyondTrust turut mengingatkan bahwa eksploit yang awalnya terlihat terbatas bisa dengan cepat berkembang menjadi alat serangan massal. Begitu celah diketahui secara luas, penyalahgunaannya pun akan semakin agresif.

    Melihat situasi tersebut, kehilangan dukungan perangkat lunak bukan perkara sepele. Bagi pengguna Android dengan ponsel yang sudah tak lagi menerima pembaruan keamanan, mengganti perangkat memang terasa mahal. Namun dibandingkan risiko kebocoran data dan serangan siber, langkah itu bisa menjadi investasi penting demi menjaga keamanan digital dalam jangka panjang. (hm20)

    TAGS
    Komentar
    Additional JS