Ini 3 Kekhawatiran Terbesar dari Eksistensi Artificial Intelligence - Beritasatu

Ini 3 Kekhawatiran Terbesar dari Eksistensi Artificial Intelligence

Sabtu, 8 Juli 2023 | 13:18 WIB
Penulis: Herman | Editor: HE
Ilustrasi Artificial Intelligence
Ilustrasi Artificial Intelligence (Pexels)

Jakarta, Beritasatu.com - Center for AI Safety (CAIS) baru-baru ini mengeluarkan peringatan yang menyebutkan artificial intelligence atau AI dapat memiliki dampak berbahaya seperti perang nuklir dan pandemi global. Peringatan ini juga didukung oleh tokoh besar di industri AI, termasuk Sam Altman, kepala OpenAI yang menciptakan ChatGPT.

ADVERTISEMENT

Peringatan ini hanya satu dari sekian banyak yang dikeluarkan dalam beberapa bulan terakhir. Beberapa pencipta teknologi AI awal mengatakan bahwa manusia bergerak menuju kehancuran mereka sendiri, sementara yang lain berpendapat bahwa regulasi sangat penting.

BACA JUGA

Dilansir dari Business Insider, Sabtu (8/7/2023), berikut adalah beberapa masalah potensial yang dikhawatirkan oleh para ahli ahli dari eksistensi AI:

ADVERTISEMENT

Keluar dari Kendali
Salah satu risiko yang sering disebut adalah AI yang keluar dari kendali penciptanya. AI memiliki tingkat kecerdasan yang setara atau bahkan lebih tinggi daripada manusia dalam berbagai tugas. Sistem AI saat ini tidak hidup, tetapi diciptakan untuk meniru kecerdasan manusia. Misalnya, ChatGPT dibuat untuk memberikan pengalaman percakapan dengan manusia, kata Janis Wong dari Alan Turing Institute.

Para ahli berbeda pendapat tentang bagaimana sebaiknya mendefinisikan AGI, tetapi mereka umumnya sepakat bahwa teknologi potensial ini membawa bahaya bagi manusia dan perlu diteliti dan diatur dengan baik. Contoh paling nyata dari bahaya ini adalah persaingan militer antar negara. 

Dalam skenario masa depan di mana kita memiliki sistem yang lebih pintar daripada manusia, kemungkinan besar sistem tersebut akan kehilangan kendali dan bisa berakhir dengan membunuh semua orang.

AI Menyebabkan Pengangguran Massal
Ada konsensus berkembang bahwa AI merupakan ancaman bagi beberapa pekerjaan.

Abhishek Gupta, pendiri Institut Etika AI Montreal, mengatakan bahwa hilangnya pekerjaan akibat AI adalah ancaman eksistensial yang paling realistis, langsung, dan mendesak.

Para CEO mulai berbicara terbuka tentang rencana mereka untuk menggunakan AI. Misalnya, CEO IBM, Arvind Krishna, baru-baru ini mengumumkan bahwa perusahaan akan memperlambat rekrutmen untuk peran yang dapat digantikan oleh AI.

Bias AI
Jika sistem AI digunakan untuk membantu membuat keputusan yang memengaruhi masyarakat luas, bias sistematis dapat menjadi risiko serius, menurut para ahli yang diwawancarai oleh Business Insider.

Telah terjadi beberapa contoh bias dalam sistem AI generatif, termasuk versi awal ChatGPT. OpenAI telah menambahkan pembatasan lebih lanjut untuk membantu ChatGPT menghindari jawaban yang bermasalah ketika pengguna meminta konten yang menyinggung.

"Jika ada bias yang tidak terdeteksi dalam sistem AI yang digunakan untuk membuat keputusan dunia nyata, misalnya dalam menyetujui tunjangan kesejahteraan, hal itu bisa memiliki konsekuensi serius," kata Gupta.

Baca Juga

Komentar

 Pusatin Tekno 


 Postingan Lainnya 

Baca Juga (Konten ini Otomatis dan tidak dikelola oleh kami)