Tensi Politik Pemilu 2024 Turun, Masyarakat Dinilai Lebih Santun di Era Digital
Jakarta, Beritasatu.com - Pengamat Komunikasi Politik dari Universitas Multimedia Nusantara (UMN), Silvanus Alvin, menilai tensi politik masyarakat pada Pemilu 2024 tidak seintens dua pemilu sebelumnya (2014 dan 2019), terutama di masa awal perkembangan media sosial. Menurut Alvin, pemerintah dan politisi telah lebih siap dalam meredam gejolak politik masyarakat, termasuk di ranah digital.
Menurut Silvanus Alvin, dalam Pemilu 2024, fenomena politik terasa lebih hangat, tetapi tensinya tidak setinggi sebelumnya. Dia menyatakan masyarakat masih dapat melihat dengan nyaman, dan konflik politik tidak seintensif pada periode sebelumnya.
Alvin menekankan mekanisme penanganan kampanye di media sosial telah lebih matang pada era sekarang. Pemerintah, melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika, telah melakukan mitigasi untuk mencegah perpecahan masyarakat akibat berita bohong. Upaya ini mencakup pembentukan tim khusus untuk memberantas hoaks.
"Sebagai contoh, TikTok sudah mempersiapkan tim untuk memberantas hoaks agar tidak tercipta tensi tinggi akibat hoaks. Ada berbagai upaya mekanisme untuk mencegah perpecahan," ungkap Alvin.
Alvin juga menilai politisi telah bersaing secara santun dalam Pemilu 2024. Menurutnya, ketiga pasangan calon menciptakan suasana politik yang santun, damai, dan riang gembira. Meskipun terdapat friksi-friksi dalam debat terbuka, calon pemimpin bangsa berusaha menunjukkan elegansi mereka tanpa mencibir secara berlebihan.
Meski ada opini publik yang menyatakan debat capres terakhir terasa antiklimaks, Alvin melihatnya sebagai bagian dari upaya pasangan calon untuk memberikan contoh politik yang santun.
"Ada mekanisme pencegahan terhadap hoaks agar tensinya tidak tinggi. Para calon pemimpin bangsa juga belajar untuk tidak terlalu memecah belah bangsa, menyadari dampak buruk yang mungkin timbul," pungkas Alvin.
Komentar
Posting Komentar