Microsoft hingga Google Jadi Brand Paling Sering Dicatut Namanya untuk Phishing - Liputan 6

 Microsoft hingga Google Jadi Brand Paling Sering Dicatut Namanya untuk Phishing

oleh Agustin Setyo Wardani

Laporan terbaru dari Check Point Research mengungkapkan 10 merek yang paling sering dicatut namanya dalam serangan phishing pada kuartal pertama tahun 2024, mulai dari Microsoft dan Google.

diperbarui 16 Apr 2024, 14:00 WIB

<p>Kaspersky: Serangan Phishing Melonjak 40&nbsp;Persen, Incar Pengguna di Aplikasi Pesan dan Platform Kripto. (Doc: Kaspersky)</p><p>Kaspersky: Serangan Phishing Melonjak 40&nbsp;Persen, Incar Pengguna di Aplikasi Pesan dan Platform Kripto. (Doc: Kaspersky)</p>

Kaspersky: Serangan Phishing Melonjak 40 Persen, Incar Pengguna di Aplikasi Pesan dan Platform Kripto. (Doc: Kaspersky)

Liputan6.com, Jakarta Serangan phishing telah menjadi salah satu metode paling umum yang digunakan oleh para penjahat siber untuk mencuri informasi pribadi dan keuangan pengguna internet.

Dalam laporan terbaru yang dirilis oleh perusahaan keamanan siber Check Point Research, sebagaimana dikutip dari keterangan blognya, Selasa (16/4/2024), terungkap bahwa ada 10 merek yang paling sering dicatut namanya dalam serangan phishing pada kuartal pertama tahun 2024.

Mengutip laporan tersebut, dua perusahaan teknologi raksasa, Microsoft dan Google, menduduki peringkat teratas sebagai merek yang paling sering disalahgunakan oleh para penjahat siber.

Serangan phishing yang menggunakan nama Microsoft dan Google sering kali berusaha untuk mencuri informasi login pengguna, seperti kata sandi dan rincian akun.

Selain Microsoft dan Google, ada beberapa merek terkenal lainnya yang menjadi sasaran utama para pelaku kejahatan dunia maya.

Para penjahat siber mencoba menipu pengguna dengan mengirim email palsu atau membuat situs web palsu yang meniru tampilan asli dari merek-merek tersebut.

Berikut adalah 10 brand yang namanya paling sering dicatut untuk phishing:

  1. Microsoft (38 persen)
  2. Google (11 persen)
  3. LinkedIn (11 persen)
  4. Apple (5 persen)
  5. DHL (5 persen)
  6. Amazon (3 persen)
  7. Facebook (2 persen)
  8. Roblox (2 persen)
  9. Wells Fargo (2 persen)
  10. Airbnb (1 persen)
 
Salah satu ilustrasi phishing (Foto: official release Kaspersky)Salah satu ilustrasi phishing (Foto: official release Kaspersky)
<p>Serangan Phishing Incar Pengguna Apple, Hati-Hati Notifikasi Reset Password. (Liputan6.com/ Yuslianson)</p><p>Serangan Phishing Incar Pengguna Apple, Hati-Hati Notifikasi Reset Password. (Liputan6.com/ Yuslianson)</p>

3. Aktifkan notifikasi

Ilustrasi phishing. Dok: Kaspersky

Penting juga untuk mengaktifkan notifikasi real-time di ponsel pengguna. Hal ini bisa membantu Anda bertindak cepat jika ada notifikasi otorisasasi akun perbankan yang tak pernah Anda minta.

Misalnya, tiba-tiba ada SMS berisi kode OTP dari bank. Padahal, Anda tidak pernah meminta kode tersebut.

Di saat seperti ini, Anda bisa langsung mengajukan keluhan ke bank karena tidak pernah mencoba login ke perangkat lainnya. Upaya percobaan masuk oleh orang lain pun bisa dihindari.

4. Hindari keterikatan emosional berlebihan saat belanja online

Perayaan yang megah biasanya akan mengarah pada kecepatan untuk mendapatkan penawaran terbaik dalam waktu terbatas.

Ingatlah untuk selalu berpikir dua kali sebelum berbelanja online. Sangat disarankan agar Anda dapat menghindari risiko penipuan online.

5. Jangan Bagikan Kode OTP

Phishing - ilustrasi (itpro)

OTP alias one time password kini banyak dipakai penyedia layanan digital untuk mengakses layanan digital. Mulai dari perbankan, akun e-commerce, email, sampai ke WhatsApp.

Kalau tak ingin jadi korban penipuan online, jangan pernah membagikan informasi apa pun, termasuk kode OTP ke siapa pun.

Ingat, kode OTP sifatnya adalah rahasia. Pantang dibagikan kepada siapa pun, apalagi orang yang pura-pura menawarkan bantuan online ke Anda.

6. Aktifkan otentikasi dua faktor untuk melindungi akun

Ada banyak serangan phishing yang bertujuan untuk membajak akun.

Namun saat penyerang mendapatkan login dan kata sandi, kita masih bisa mencegah mereka mengakses akun digital kita dengan cara mengaktifkan otentikasi dua faktor (two-factor authentication).

Metode ini juga biasa disebut two step authentication.

Infografis Kejahatan Siber (Liputan6.com/Abdillah)

Baca Juga

Komentar

 Pusatin Tekno 


 Postingan Lainnya 

Baca Juga (Konten ini Otomatis dan tidak dikelola oleh kami)