OJK: Di Yogyakarta, Investasi Bodong dan Pinjol Ilegal Jadi Ancaman Bagi Milenial dan Gen Z
VIVA – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut pertumbuhan ekonomi di DIY menjadi pertumbuhan ekonomi tertinggi di Pulau Jawa. Namun, ancaman penipuan investasi menghantuinya.
Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi dan Perlindungan Konsumen Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Friderica Widyasari Dewi menyebut meskipun pertumbuhan ekonomi di DIY tinggi namun ada ancaman. Ancaman ini berupa penipuan investasi bodong maupun pinjaman online (pinjol) ilegal.
Friderica mengatakan generasi milenial dan generasi Z merupakan kelompok yang rentan terjerat pinjaman online (pinjol) ilegal dan investasi bodong. Generasi ini merupakan kelompok yang rentan secara finansial dengan gaya hidup yang lebih banyak menghabiskan uang untuk kesenangan dibanding menabung maupun berinvestasi.
“Banyak generasi muda yang terjebak pada pinjol karena mengambil hutang untuk kebutuhan konsumtif dan keperluan yang tidak bijaksana,” ujar Friderica di Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UGM.
Ilustrasi pinjol.
- Antara/HO-kapersky
Friderica mengatakan generasi milenial dan gen Z menghadapi persoalan keuangan termasuk investasi bodong akibat prinsip You Only Live Once (YOLO) juga Fear Of Missing Out (FOMO). Gaya hidup FOMO menyebabkan seseorang merasa tertinggal apabila tidak mengikuti tren.
Sementara, lanjut Friderica, gaya hidup YOLO sering dikaitkan dengan cara menikmati hidup yang maksimal dan bebas. Kedua prinsip tersebut membawa generasi muda pada keputusan yang buruk, salah satunya tidak menyiapkan dana darurat.
Kerentanan generasi muda tersebut dikatakan Kiki juga dipicu kebiasaan mereka yang sering membagikan informasi pribadi melalui media sosial. Perilaku tersebut sangat berbahaya namun mereka tidak menyadarinya. Misalnya, mengunggah KTP, alamat rumah, dan informasi pribadi lainnya yang dapat dimanfaatkan pihak yang tidak bertanggung jawab.
"Sikap FOMO juga membawa generasi muda terjebak pada investasi bodong. Sementara tanpa pemahaman keuangan dan investasi yang memadai, kelompok ini justru banyak menjadi korban terhadap iming-iming yang menggiurkan. Mereka kerap meniru apa yang dilakukan oleh influencer maupun tokoh idolanya, termasuk saran terkait keuangan," terang Friderica.
Friderica mengimbau mahasiswa agar memahami aspek perencanaan keuangan/ financial planning. Sebab, mahasiswa sebagai bagian generasi penerus yang akan membangun Indonesia. Dengan jumlah Generasi Z dan milenial yang mencapai lebih dari setengah penduduk Indonesia, tentu saja kelompok ini merupakan critical economy players yang harus dibekali tentang pemahaman keuangan yang memadai.
Friderica mengutip data Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) yang dilakukan OJK pada 2022 mencatat generasi muda di Indonesia memiliki tingkat literasi dan inklusi keuangan yang rendah.
"Tingkat literasi keuangan penduduk berusia 15-17 tahun berada di angka 43 persen sementara tingkat inklusi keuangannya di 69 persen. Angka tersebut jauh di bawah tingkat literasi dan inklusi keuangan nasional yang mencapai 49,7 persen dan 85 persen," urai Friderica.
"Peningkatan literasi keuangan dan inklusi keuangan bagi generasi muda penting untuk dilakukan. Langkah tersebut diharapkan dapat menjauhkan mereka dari jeratan investasi bodong dan pinjol illegal," imbuh Friderica.
Sementara itu Wakil Dekan Bidang Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat, Kerja Sama, dan Alumni, Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM, Gumilang Aryo Sahadewo menyebut, Indonesia memiliki potensi pertumbuhan ekonomi yang cukup besar. Untuk memenuhi hal tersebut, satu di antara syarat utama yang harus dipenuhi ialah produktivitas.
"Setelah menyiapkan manusia, kita siap dari sisi keterampilan dasar, SDM kita juga harus memiliki kompetensi dasar terkait literasi keuangan dan ada juga literasi investasi. Kita tidak memungkiri kebutuhan kehidupan akan semakin beragam sehingga penting sekali memiliki kemampuan pengelolaan keuangan serta investasi," ungkap Gumilang.
Sedangkan Head of Transaction Services PT Bank Jago Tbk, Widiarto Proboprasetyo menyebut pengelolaan keuangan yang baik perlu dilakukan sejak dini agar meminimalisir ketidakpastian dan ketidaktahuan untuk mempersiapkan masa depan.
Saat ini, lanjut Widiarto semakin banyak aplikasi keuangan digital yang memudahkan generasi muda untuk mengelola keuangan. Salah satunya menggunakan Aplikasi Jago dengan fitur Kantong (Pockets) di dalamnya.
"Dalam mengelola kebutuhan nasabah, Jago App menggunakan fitur Kantong (Pockets). Nasabah dapat memisahkan uang ke pos-pos yang berbeda sesuai kebutuhan dan keinginan. Nasabah dapat membuat hingga 60 kantong, yang memiliki nomor rekening yang berbeda untuk setiap kantongnya. Ini memudahkan pengguna untuk mengatur dana masuk dan keluar langsung dari kantong yang diinginkan," ucap Widiarto.
"Fitur Kantong disebut mempermudah dalam mengelola keuangan untuk masing-masing tujuan. Maka dana khusus untuk tujuan tertentu, misalnya tabungan untuk pengeluaran tiba-tiba, tabungan hasil side job, tabungan untuk beli kendaraan, tidak bercampur dengan tujuan lainnya. Maka tujuan keuangan lebih mudah tercapai,” pungkas Widiarto.
DPLK Syariah Muamalat Bukukan Hasil Usaha Rp 23 Miliar pada Kuartal I-2024
Executive Director DPLK Syariah Muamalat, Wang Wardhana mengatakan, di sisi lain, aset neto DPLK Syariah Muamalat kuartal I-2024 juga tercatat mencapai Rp 1,7 triliun.
VIVA.co.id
12 Juni 2024
Komentar
Posting Komentar