Tim Siber Turun Tangan Selidiki Dugaan Peretasan Data Bais TNI
VIVA – Pada linimasa media sosial X, akun @FalconFeeds.io secara rutin memantau aktivitas siber termasuk dari dark web. @FalconFeeds.io mengumumkan bahwa diduga ada peretas bernama MoonzHaxor dari BreachForum telah meretas sistem Badan Intelijen Strategis (BAIS) dan mengklaim memiliki sejumlah data milik BAIS TNI.
Di forum jual beli data gelap di dark web, peretas tersebut juga menyediakan contoh data yang mereka miliki dan menawarkan data lengkap bagi mereka yang bersedia membayar. Informasi tersebut diposting pada hari Senin pukul 10.39 WIB dan telah dilihat oleh 484.000 pengguna X.
Dari tangkapan layar laman BreachForum, diketahui bahwa MoonzHaxor telah bergabung dengan komunitas peretas tersebut sejak September 2023.
Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Mayjen TNI Nugraha Gumilar
Menanggapi hal tersebut, Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Mayjen TNI Nugraha Gumilar buka suara. Nugraha menyatakan bahwa Tim Siber TNI saat ini sedang memeriksa dan menyelidiki dugaan peretasan data milik BAIS TNI. Oleh karena itu, Nugraha belum bisa mengonfirmasi atau menyangkal adanya peretasan tersebut.
"Terkait (informasi) akun X Falcon Feed yang menyiarkan bahwa data BAIS TNI diretas, sampai saat ini masih dalam pengecekan mendalam oleh Tim Siber TNI," kata Nugraha pada Senin (24/6/24), dilansir dari Antara.
Ilustrasi serangan hacker atau siber.
MoonzHaxor juga pernah mengumumkan bahwa dia berhasil meretas sistem Indonesia Automatic Finger Identification System (INAFIS) milik Kepolisian Negara Republik Indonesia pada Sabtu, 22 Juni 2024.
MoonzHaxor menjual data yang diretas dari INAFIS dengan harga 1.000 dolar AS (sekitar Rp16,3 juta). Data tersebut mencakup gambar sidik jari, alamat email, dan aplikasi SpringBoot dengan beberapa konfigurasi.
Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), Letjen TNI Hinsa Siburian mengadakan jumpa pers pada Senin, 24 Juni 2024 di Jakarta untuk menjelaskan hal tersebut. Hinsa menjelaskan bahwa data yang diklaim diretas oleh MoonzHaxor tersebut merupakan data lama.
"Ini sudah kami konfirmasi dengan kepolisian, bahwa itu adalah data-data lama mereka yang diperjualbelikan di dark web itu," jelas Hinsa.
Dalam kesempatan tersebut, Hinsa juga menegaskan bahwa dugaan peretasan data INAFIS tidak terkait dengan insiden serangan siber terhadap Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 dan sistem Polri saat ini beroperasi dengan baik, sehingga tidak mengalami gangguan.
"Kami yakinkan bahwa sistem mereka berjalan dengan baik,” tegas Hinsa kepada wartawan.
DPR Peringatkan Ancaman Aplikasi asal Tiongkok Kuasai Data Konsumen RI
Anggota Komisi VI DPR, Amin Ak, menyoroti fenomena aplikasi asal Tiongkok Tiktok yang perlahan mulai menguasai Indonesia. Menurut Amin fenomena tersebut berbahaya bagi RI
VIVA.co.id
27 Juni 2024
Komentar
Posting Komentar