Elon Musk Tuding Google Blokir Trump di Mesin Pencarian - CNN Indonesia

 

Elon Musk Tuding Google Blokir Trump di Mesin Pencarian

CNN Indonesia

Senin, 29 Jul 2024 19:25 WIB

Ilustrasi. Bos Tesla Elon Musk menuding raksasa teknologi Google memblokir nama Donald Trump dari Search Engine atau mesin pencarian mereka. (Foto: ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)

Jakarta, CNN Indonesia --

Bos Tesla Elon Musk menuding raksasa teknologi Google memblokir nama Donald Trump dari Search Engine atau mesin pencarian mereka.

"Wow, Google memblokir pencarian terhadap Presiden Donald Trump!" ujar Musk dalam sebuah cuitan di X, Senin (29/7).

"Ikut campur pemilu?" tambahnya.

Unggahan ini disertai tangkapan layar pencarian Google yang memunculkan hanya memberikan dua rekomendasi ketika dimasukkan kata kunci president donald, yakni president donald duck dan president donald regan.

Unggahan tersebut lantas memicu berbagai respons, salah satunya dari akun @davidgokhshtein yang menyebut Google dimiliki oleh Demokrat.

"Mereka akan mendapat banyak masalah jika mereka mencampuri pemilu," balas Musk.

Namun begitu, hasil percobaan CNNIndonesia.com, saat mengetik kata kunci president donald, Google tetap memunculkan profil Donald Trump, tidak seperti yang dialami oleh Musk. 

Beberapa pekan lalu, Musk mengunggah pernyataan yang menyebut dirinya "mendukung sepenuhnya" mantan presiden Trump dalam gelaran pemilu Amerika Serikat (AS).

Pernyataan ini disampaikan tak lama usai Trump ditembak saat berorasi dalam kampanye di Pennsylvania, AS.

Bloomberg merilis laporan bahwa Musk menyumbang ke super PAC yang merupakan mendukung Trump, dan memberikan "jumlah yang cukup besar" agar terpilih kembali.

Donasi tersebut, jika benar terjadi, merupakan perkembangan yang signifikan tidak hanya dalam kampanye kepresidenan, tetapi juga hubungan antara kedua pria tersebut. Pasalnya, keduanya memiliki dukungan kuat dari jutaan penggemar yang siap untuk mempercayai hampir semua hal yang mereka katakan.

Dalam beberapa tahun terakhir, Musk diketahui banyak mempromosikan teori konspirasi 'great replacement' (pengganti yang hebat) dan mendukung white pride. Dukungannya menambah semakin banyak suara berpengaruh di Silicon Valley yang mempromosikan kampanye tersebut.

Usai insiden Trump, Platform milik Musk kebanjiran sejumlah tagar, termasuk '#falseflag' dan 'staged' kepada pengguna.

Meskin demikian, Musk tetap menggadang-gadang "kebebasan berpendapat" di platform media sosial miliknya tersebut, termasuk informasi yang salah seperti di atas.

(lom/dmi)

Baca Juga

Komentar

Baca Juga (Konten ini Otomatis dan tidak dikelola oleh kami)