PTDI dan BRIN Ingin Selesaikan Pengembangan Drone Nasional PTTA MALE Cepat-cepat Jalani Uji Terbang - Zona Jakarta
PTDI dan BRIN Ingin Selesaikan Pengembangan Drone Nasional PTTA MALE Cepat-cepat Jalani Uji Terbang - Zona Jakarta
ZONAJAKARTA.com - Lama tidak terdengar kabar, proyek drone buatan dalam negeri yaitu pesawat terbang tanpa awak (PTTA) berkemampuan medium-altitude long endurance (MALE) ternyata masih berjalan.
PT Dirgantara Indonesia (PTDI) dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang menjadi penanggung jawab ungkap hal ini.
PTDI dan BRIN ingin percepat proses pengembangan PTTA MALE agar segera masuki tahap uji terbang.
“PTDI dan BRIN berupaya mempercepat pengembangan PTTA berkemampuan MALE buatan dalam negeri sehingga dapat segera masuk tahap uji coba”, beber Antara (6/11/24) dalam artikel “PT DI dan BRIN target segera terbangkan PTTA MALE buatan dalam negeri”.
PTTA MALE sendiri merupakan 1 dari 10 program prioritas industri pertahanan nasional.
Program ini dirintis sejak pemerintahan Presiden ke-7 Jokowi dan berlanjut sampai Presiden Prabowo Subianto.
Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) menganjurkan perlu adanya konsorsium baru dan pemetaan industri dalam negeri apa saja yang bakal dilibatkan dalam pengembangan drone itu.
Sementara Dirut PTDI, Gita Amperiawan menjelaskan apa-apa saja yang diperlukan agar tahap uji terbang dapat terlaksana.
“Apabila sudah siap baik aspek teknis, anggaran, maupun pendukung lainnya, akan dilaksanakan uji terbang drone ini di Pangkalan TNI AU Iswahjudi Madiun”, ungkapnya.
Sebagai pengingat, salah satu hasil dari proyek PTTA MALE ini adalah drone bernama Elang Hitam yang dirintis sejak 2015 dan konsorsium untuk itu dibentuk pada 2017.
Baca Juga:
Konsorsium ini terdiri dari Kemhan RI, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), TNI AU, ITB, PTDI, dan PT Len Industri.
Selanjutnya bertambah satu anggota pada 2019, yaitu Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN).
PTDI dan BPPT (sekarang melebur menjadi bagian dari BRIN) pada tahun 2019 berhasil membuat rangka PTTA MALE Elang Hitam dan meluncurkan itu ke hadapan publik.
Namun di tahun 2020, BRIN mengumumkan program pengembangan Elang Hitam dialihkan dari versi militer menjadi drone sipil.
Alasan pengalihan itu karena kendala penguasaan sejumlah teknologi kunci, keputusan itu juga karena hasil uji terbang yang gagal pada tahun 2021.
Belajar dari kegagalan, hasil Rapat Pleno KKIP pada Oktober 2024 mengatakan bahwa proyek PTTA MALE akan diperuntukkan untuk kebutuhan militer.
Drone sudah menjadi barang wajib bagi pertahanan udara, semua negara melakukan itu.
Militer-militer dunia bertransisi menggunakan drone sebagai salah satu aset utamanya.
“Sudah ada lebih dari 100 militer di seluruh dunia yang menggunakan drone, baik yang bersenjata maupun tidak. Angka tersebut diyakini akan terus meningkat”, beber Defense News (25/5/21).
Salah satu tokoh Indonesia, yaitu pensiunan TNI (Purn), Chappy Hakim juga pernah membahas pentingnya penguasaan teknologi drone.
Baca Juga:
Chappy mengatakan bahwa desain pertahanan di masa depan akan lebih kecil dan mengadopsi teknologi mutakhir (high technology/hi-tech).
Lebih spesifik, teknologi yang akan digunakan di masa depan adalah satelit dan drone.
“Misi pengintaian sekarang sudah lebih mudah, kita sudah tidak butuh jet tempur. Kini mengintai hanya butuh satelit, itulah sebabnya platform udara semakin mengecil (drone)”, ucapnya di acara seminar Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas), dikutip Antara (25/5/23) dalam artikel “Chappy Hakim: Desain pertahanan udara harus compact dan hi-tech”.
Chappy mendorong Indonesia untuk menuju teknologi tersebut, karena akan berdampak buruk jika tidak.
“Sekarang sistem pertahanan udara sudah tidak memadai lagi karena radiusnya dikalahkan dengan kemajuan teknologi. Sementara teknologi macam drone dan siber tidak terpengaruh dengan hal-hal yang konvensional”, sambungnya.
PT Len Industri diam-diam juga mengembangkan drone mereka sendiri.
Drone bernama UAV DID 3.11 mereka pamerkan di acara bergengsi Bali International Airshow 2024 yang berlangsung dari 18-21 September 2024.
UAV DID 3.11 asli buatan dalam negeri yang dirancang untuk mengembang banyak misi, mulai pengintaian sampai keperluan tempur.
“UAV DID 3.11 merupakan produksi dalam negeri yang dirancang dengan kemampuan yang mumpuni untuk berbagai misi, mulai dari penginderaan, pemetaan, pengawasan wilayah teritorial dan maritim, hingga misi kombatan”, jelas Radio Republik Indonesia (18/9/24) dalam artikel “PT Len Pamerkan Teknologi UAV di Bali Airshow”.
Bobby Rasyidin, selaku Direktur PT Len Industri menjelaskan bahwa drone ini sudah memiliki TKDN 45 persen.
Baca Juga:
Angka ini menunjukkan komitmen PT Len Industri dalam mengembangkan produk dalam negeri.
“UAV DID 3.11 buatan PT Len Industri ini merupakan manifestasi nyata dari semangat kemandirian bangsa dalam penguasaan teknologi kedirgantaraan”, pungkas Radio Republik Indonesia.
Lebih lanjut, Bobby menjelaskan secara sederhana bahwa drone ini dipakai untuk keperluan surveilance dan kombatan.
UAV DID 3.11 ini ke depannya bisa dipasangi berbagai persenjataan selesai keperluan pembeli.
Direktur PT Len Industri juga menjelaskan bahwa UAV DID 3.11 dapat terbang selama 10 jam, artinya dapat menjalankan misi dalam jangka waktu yang panjang.
Kemampuan operasional yang efisien, kemudahan pengoperasian, mobilisasi yang ringkas dan penggunaan jenis bahan bakar umum menjadi nilai jual utama drone ini.
Melihat dari laman Kemhan RI (6/9/24) mengabarkan bahwa UAV DID 3.11 telah melakukan uji coba.
Uji coba itu dilakukan di Bandara Nusawiru Jawa Barat pada hari Kamis (29/8/24), menghadirkan para petinggi TNI.
Selama kegiatan uji coba itu, para stakeholder juga menganalisa terkait validasi konseptual design, system engineering, konsep teknologi yang telah dicapai serta design testing yang akan dilakukan akibat pergeseran fungsi dari civil menjadi military.
Dari sini bisa kita simpulkan, UAV DID 3.11 memang dirancang sebagai drone militer.
Baca Juga:
Keberhasilan PT Len Industri membangun drone nasional pun mendapat respons positif dari beberapa pihak, termasuk Marsma TNI S. Arief Hardoyo, ST.M.IT, M.Sc sebagai Kapus Litbang Iptekhan.
Baginya, ini merupakan pencapaian PT Len Industri sebagai terobosan yang baik dalam meningkatkan sistem pertahanan dalam negeri.
Di sisi lain, keberadaan UAV DID 3.11 baik untuk menghadapi tantangan di era modern ini.
***
Sumber: Kemhan RI, ANTARA, Radio Republik Indonesia
Komentar
Posting Komentar