Keuangan Digital
Bisnis Pay Later Diprediksi Tumbuh 30 Persen di Akhir 2025, Ini Faktor Pendorongnya - Bagian all
Bisnis buy now pay later (BNPL) di Indonesia terus menunjukkan tren pertumbuhan positif. Bahkan, diprediksi meningkat 30 persen pada Desember 2025.
Bisnis Pay Later Diprediksi Tumbuh 30 Persen di Akhir 2025, Ini Faktor Pendorongnya. (Foto MNC Media)
IDXChannel - Bisnis buy now pay later (BNPL) di Indonesia terus menunjukkan tren pertumbuhan positif. Bahkan, diprediksi meningkat 30 persen pada Desember 2025.
Berdasarkan data yang dihimpun oleh Pefindo Biro Kredit (IdScore) hingga November 2024, pertumbuhan fasilitas BNPL tercatat sebesar 24,53 persen secara tahunan. Dengan total nilai portofolio kredit mencapai Rp35,14 triliun.
Direktur Utama Pefindo Biro Kredit Tan Glant Saputrahadi mengatakan, angka tersebut mengindikasikan perilaku konsumtif masyarakat masih tinggi.
“Pertumbuhan BNPL diproyeksikan akan mencapai 30 persen pada Desember 2025, sejalan dengan prediksi pertumbuhan portofolio kredit nasional yang juga diperkirakan mencapai dua digit,” ujarnya dalam Media Gathering di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta Kamis (16/1/2025).
Tan Glant mengungkapkan, pertumbuhan itu didorong oleh integrasi fasilitas BNPL ke dalam layanan perbankan. Sebab, bank umum semakin agresif memasuki bisnis BNPL dengan pertumbuhan secara tahunan yang signifikan mencapai 68,24 persen.
“Karena mereka (bank umum) sudah punya kekuatan dana, cost of fund-nya juga lebih murah dibandingkan pemain-pemain pay later pada umumnya, sehingga mereka lebih disukai,” kata dia.
Tan Glant juga memaparkan, fasilitas kredit BNPL tumbuh tiga kali lipat dari kartu kredit di mana pengajuan fasilitas BNPL per Oktober 2024 sebanyak 48,4 juta, dibandingkan dengan pengajuan kartu kredit yang sebanyak 13,9 juta.
Sejumlah faktor disebut memengaruhi pertumbuhan BNPL jika dibandingkan kartu kredit yakni, adanya fleksibilitas dan kenyamanan, promo menarik, terdapat kemudahan atau instant approval, UI-UX yang relevan dengan kalangan muda dan dinilai selaras dengan gaya hidup, serta terintegrasi dengan online merchant atau e-commerce.
“Kami melihat pay later itu sudah menjadi bagian dari hidup, jadi sudah lumrah sekarang untuk menggunakan pay later,” ujarnya.
Di sisi lain, tren non-performing loan (NPL) atau kredit bermasalah pada BNPL terus menunjukkan penurunan cukup signifikan. Dari titik tertinggi 6,66 persen di September 2023, NPL BNPL pada November 2024 berada di angka 3,21 persen.
Penurunan signifikan ini didorong oleh perbaikan kualitas portofolio kredit dan akuisisi kredit, terutama di sektor fintech dan dengan semakin banyaknya Bank Buku IV yang terjun ke industri ini.
Beberapa faktor utama yang memengaruhi portofolio kredit BNPL antara lain adalah BI Rate, inflasi, indeks konsumsi rumah tangga, dan NPL. Dengan pengelolaan yang baik terhadap faktor-faktor tersebut, kata Tan Glant, pertumbuhan industri BNPL diharapkan dapat terus berkelanjutan dan memberikan kontribusi positif bagi perekonomian nasional.
(Dhera Arizona)
Komentar
Posting Komentar