Ikuti Meta dan Amazon, Google Hapus Rekrutmen Berbasis DEI - Selular ID

 

Ikuti Meta dan Amazon, Google Hapus Rekrutmen Berbasis DEI

SELULAR.ID – Google ikut menjadi perusahaan yang menghilangkan kebijakan diversity, equity, and inclusion (DEI), dalam perekrutan tenaga kerjanya. Ini menjadi aksi perusahaan teknologi raksasa berikutnya usai Meta dan Amazon mengumumkan hal tersebut.

Tak dipungkiri, hal itu dilakukan seiring menjabatnya Presiden AS baru, Donald Trump yang membatasi DEI ke hampir semua perusahaan. Trump, yang juga pernah menjadi presiden pada 2017, sering menggemborkan masalah ‘America First’, ketimbang pekerja asing atau imigran. Hal itulah yang juga mempengaruhi Google pada masa jabatan Trump yang sekarang.

Email internal yang beredar dan diketahui kantor berita Reuters, perusahaan induk Google yakni Alphabet melalui Chief People Officer, Fiona Cicconi mengatakan, Google tak lagi memiliki target perekrutan karyawan dengan mengedepankan DEI.

“Pada tahun 2020, kami menetapkan target rekrutmen yang ambisius dan berupaya memperluas kantor di luar California dan New York guna meningkatkan representasi. Namun ke depan, kami tidak akan lagi memiliki target seperti itu,” ujar email internal tersebut, mengutip Business Tiday.

Baca juga: Amazon Uji Coba Kacamata Pintar Echo Frames, Bantu Kurir Cepat Kirim Paket

Menyadur Forbes, masalah kesetaraan melalui DEI sudah mencuat sejak 1960an dalam UU Hak Sipil di AS. Terbaru, pada 2020, hastag #BlackLivesMater atas kasus kematian warga kulit hitam George Floyd oleh polisi AS kulit putih, menggemparkan AS bahkan dunia. Lagi-lagi, kemajuan teknologi yang membantu memperingatkan apa makna kesetaraan.

Sejak kematian Floyd, masalah DEI kembali digencarkan, meski saat itu DEI menjadi kebijakan yang dibenci Trump. Trump menjabat sebagai presiden pada 2017-2021, dan menerima dampak langsung mengenai DEI yang saat itu mendunia. Mau tidak mau, saat itu Trump mendukung kebijakan DEI atas tekanan publik yang keras

Momen tewasnya Floyd juga digunakan Google untuk menargetkan keterisian karyawannya yang direkrut dengan kebijakan DEI. Bahkan Google pernah sesumbar jumlah karyawan berdasar DEI akan terisi sebanyak 30 persen pada 2025. Lain lubuk, lain belalang. Kini saat Trump kembali menjabat sebagai presiden, kebijakan itu kembali dibatasi, dengan pandangan dari mata kaum konservatif. Hal ini, suka atau tidak, akan tetap diikuti Google.

Pihak Trump berulang kali menegaskan bahwa inklusivitas atau DEI justru mencerminkan tindakan rasis terbalik. Maknanya, perekrutan tenaga kerja tidak lagi mengutamakan dari sisi keahlian, melainkan pada keterwakilan suatu kaum. Padahal, seruan ‘America First’ semeskinya mengutamakan warga lokal AS yang berkompeten untuk diterima di berbagai sektor industri.

Baca juga: Sesumber Meta, Menghilangkan Cek Fakta Independen Tak Pengaruhi Belanja Iklan

Meski Google baru mengumumkan niatnya menghapus kebijakan DEI, namun perusahaan yang dipimpin Sundar Pichai itu baru akan melaksanakan evaluasi untuk melangkah meninggalkan DEI.

Google tetap akan mempertahankan komunitas internal seperti “Trans at Google,” “Black Googler Network,” dan “Disability Alliance.” Grup ini bertujuan memberikan ruang diskusi bagi karyawan terkait kebijakan dan keputusan produk perusahaan.

Namun, Google bukan satu-satunya perusahaan teknologi yang mulai mundur dari kebijakan DEI. Pada Januari 2024, Meta yang dipimpin oleh Mark Zuckerberg mengumumkan penghentian program DEI mereka. Sementara, Amazon dalam memo internalnya menyatakan sedang ‘menghapus program dan materi lama’ yang terkait dengan representasi dan inklusi.

Ikuti informasi menarik lainnya dari Selular.id di Google News

Rahmawati Fitria Tia
Rahmawati Fitria Tia

SELULAR.ID – Google ikut menjadi perusahaan yang menghilangkan kebijakan diversity, equity, and inclusion (DEI), dalam perekrutan tenaga kerjanya. Ini menjadi aksi perusahaan teknologi raksasa berikutnya usai Meta dan Amazon mengumumkan hal tersebut.

Tak dipungkiri, hal itu dilakukan seiring menjabatnya Presiden AS baru, Donald Trump yang membatasi DEI ke hampir semua perusahaan. Trump, yang juga pernah menjadi presiden pada 2017, sering menggemborkan masalah ‘America First’, ketimbang pekerja asing atau imigran. Hal itulah yang juga mempengaruhi Google pada masa jabatan Trump yang sekarang.

Email internal yang beredar dan diketahui kantor berita Reuters, perusahaan induk Google yakni Alphabet melalui Chief People Officer, Fiona Cicconi mengatakan, Google tak lagi memiliki target perekrutan karyawan dengan mengedepankan DEI.

“Pada tahun 2020, kami menetapkan target rekrutmen yang ambisius dan berupaya memperluas kantor di luar California dan New York guna meningkatkan representasi. Namun ke depan, kami tidak akan lagi memiliki target seperti itu,” ujar email internal tersebut, mengutip Business Tiday.

Baca juga: Amazon Uji Coba Kacamata Pintar Echo Frames, Bantu Kurir Cepat Kirim Paket

Menyadur Forbes, masalah kesetaraan melalui DEI sudah mencuat sejak 1960an dalam UU Hak Sipil di AS. Terbaru, pada 2020, hastag #BlackLivesMater atas kasus kematian warga kulit hitam George Floyd oleh polisi AS kulit putih, menggemparkan AS bahkan dunia. Lagi-lagi, kemajuan teknologi yang membantu memperingatkan apa makna kesetaraan.

Sejak kematian Floyd, masalah DEI kembali digencarkan, meski saat itu DEI menjadi kebijakan yang dibenci Trump. Trump menjabat sebagai presiden pada 2017-2021, dan menerima dampak langsung mengenai DEI yang saat itu mendunia. Mau tidak mau, saat itu Trump mendukung kebijakan DEI atas tekanan publik yang keras

Momen tewasnya Floyd juga digunakan Google untuk menargetkan keterisian karyawannya yang direkrut dengan kebijakan DEI. Bahkan Google pernah sesumbar jumlah karyawan berdasar DEI akan terisi sebanyak 30 persen pada 2025. Lain lubuk, lain belalang. Kini saat Trump kembali menjabat sebagai presiden, kebijakan itu kembali dibatasi, dengan pandangan dari mata kaum konservatif. Hal ini, suka atau tidak, akan tetap diikuti Google.

Pihak Trump berulang kali menegaskan bahwa inklusivitas atau DEI justru mencerminkan tindakan rasis terbalik. Maknanya, perekrutan tenaga kerja tidak lagi mengutamakan dari sisi keahlian, melainkan pada keterwakilan suatu kaum. Padahal, seruan ‘America First’ semeskinya mengutamakan warga lokal AS yang berkompeten untuk diterima di berbagai sektor industri.

Baca juga: Sesumber Meta, Menghilangkan Cek Fakta Independen Tak Pengaruhi Belanja Iklan

Meski Google baru mengumumkan niatnya menghapus kebijakan DEI, namun perusahaan yang dipimpin Sundar Pichai itu baru akan melaksanakan evaluasi untuk melangkah meninggalkan DEI.

Google tetap akan mempertahankan komunitas internal seperti “Trans at Google,” “Black Googler Network,” dan “Disability Alliance.” Grup ini bertujuan memberikan ruang diskusi bagi karyawan terkait kebijakan dan keputusan produk perusahaan.

Namun, Google bukan satu-satunya perusahaan teknologi yang mulai mundur dari kebijakan DEI. Pada Januari 2024, Meta yang dipimpin oleh Mark Zuckerberg mengumumkan penghentian program DEI mereka. Sementara, Amazon dalam memo internalnya menyatakan sedang ‘menghapus program dan materi lama’ yang terkait dengan representasi dan inklusi.

Ikuti informasi menarik lainnya dari Selular.id di Google News

Baca Juga

Komentar

 Pusatin Tekno 


 Postingan Lainnya 

Baca Juga (Konten ini Otomatis dan tidak dikelola oleh kami)