Kecerdasan Buatan
Gibran: AI Enggak akan Menggantikan Manusia, Jadi Bukan Ancaman
Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan menjadi semakin umum digunakan oleh kelompok awam. Namun nyatanya, belum semua pihak menggunakan kecanggihan dari learning machine tersebut dalam berkehidupan.
Menanggapi hal itu, Wakil Presiden Gibran Rakabuming menyatakan kehadiran AI sebagai sebuah wujud kemajuan teknologi di era masa kini. Dia meyakini, AI hadir bukan untuk menggantikan kerja-kerja manusia. Namun saat manusia tidak menggunakan AI maka merekalah yang akan tergantikan.
"AI itu enggak akan menggantikan manusia. Jadi AI itu bukan ancaman. Manusia yang tidak menggunakan AI akan dikalahkan oleh manusia yang menggunakan AI," tegas Gibran dalam rekaman video yang disiarkan Sekretariat Wakil Presiden, Sabtu (19/4).
Gibran mendorong, manusia hanya butuh berkolaborasi AI dan menguatkan tali persatuan antar sesama untuk membangun ruang untuk tumbuh menjadi lebih baik.
"Kita butuh ruang untuk tumbuh sehingga Indonesia yang lebih baik, Indonesia yang lebih terang dapat kita wujudkan bersama-sama," ajak Gibran.
Gibran optimistis, generasi muda Indonesia tidak takut tantangan sebab anak-anak dari Bumi Pertiwi adalah petarung tangguh yang hanya butuh alasan untuk percaya.
"Teman-teman, membangun Indonesia yang lebih baik, Indonesia yang lebih terang adalah tanggung jawab kita bersama. Baik pemerintah, sektor swasta, akademisi, praktisi, tokoh agama, maupun masyarakat sipil. Seperti yang Bapak Presiden Prabowo selalu katakan, bahwa keberhasilan suatu bangsa, kebangkitan suatu bangsa bukan pekerjaan satu tahun, lima tahun, atau bahkan sepuluh tahun," ucapnya.
Kunci Era Kompetisi Bukan Siapa Terkuat
Gibran juga mengapresiasi hasil karya anak bangsa di industri film, melalui hadirnya Jumbo. Sebuah film animasi yang diproduksi oleh Ryan Adriandhy. Menurut dia, film tersebut menjadi era baru dalam industri animasi di Indonesia.
"Kemarin saya menonton film Jumbo, hasil karya animator muda Indonesia, yang saat ini sudah menembus 4 juta penonton, serta akan ditayangkan di 17 negara Asia dan Eropa. Ini menjadi era baru industri animasi Indonesia," ujar Gibran.
Selain Film Jumbo, Gibran juga menyanjung prestasi Garuda Muda yang mampu lolos untuk pertama kalinya ke piala dunia U-17 lewat jalur kualifikasi dan menjadi wakil tunggal dari Asia Tenggara.
Dua contoh tersebut, lanjut Gibran, adalah wajah generasi muda bangsa yang mempersiapkan diri untuk masa depan. Gibran yakin, anak muda Indonesia harus memiliki mimpi dan keberanian yang besar untuk menerobos tantangan global. Salah satunya, dengan adaptif sebagai motor penggerak kemajuan.
"Kita harus selalu siap dan mempersiapkan diri. Karena penentu di era kompetisi saat ini adalah bukan siapa yang paling kuat, tapi siapa yang paling cepat belajar, cepat beradaptasi, dan cepat memanfaatkan peluang," jelas Gibran.
Mengutip pidato Presiden Prabowo Subianto, capaian yang sudah diraih Indonesia saat ini bukan hasil instan yang diraih dalam waktu cepat. Banyak pengorbanan yang dilalui oleh para pemimpin di era sebelumnya dan turut andil dalam pemerintahan saat ini.
"Bahwa ini hasil kerja keras pemerintah-pemerintah sebelum, pemerintah kita. Jadi marilah kita selalu menghormati semua pihak, semua yang telah bekerja keras, pendahulu-pendahulu kita. Kita sampai di sini bukan seketika. Kita sampai di sini karena perjalanan jauh," tutur Prabowo.
Gibran mewanti, pembangunan bangsa dilakukan selama puluhan tahun dan merupakan hasil kolaborasi dan kerja keras seluruh komponen bangsa.
"Pemerintah tidak akan dapat melakukan pembangunan sendirian. Pemerintah tidak akan dapat bekerja sendirian dalam mewujudkan kemajuan negeri yang kita cintai ini." Gibran memungkasi.
Bonus Demografi Didominasi Usia Produktif
Gibran menyatakan, Indonesia berada dalam momen yang sangat menentukan karena berada di tengah beragamnya tantangan global, mulai dari ekonomi, perang dagang, geopolitik, maupun perubahan iklim yang membawa perubahan di berbagai sektor.
Namun Gibran mencatat, di sisi lain, Indonesia adalah negara yang besar dengan jumlah penduduk 284 juta orang yang harus tetap tumbuh dengan lincah dan adaptif.
"Teman-teman, tantangan ini memang ada, bahkan begitu besar. Tapi yakinlah, peluang kita juga jauh lebih besar. Tentu banyak yang sudah mendengar tentang Bonus Demografi, kondisi di mana lebih dari separuh penduduk suatu negara berada pada usia produktif," kata Gibran.
"Ya, Indonesia akan mendapatkan puncak Bonus Demografi di tahun 2030 sampai tahun 2045," yakin dia.
Gibran mewanti, kondisi puncak bonus demografi hanya bisa terjadi satu kali dalam sejarah peradaban sebuah bangsa. Dia menegaskan, kesempatan itu tidak akan terulang untuk kedua kalinya.
"Sebanyak 208 juta penduduk kita akan berada di usia produktif, di mana generasi produktif, generasi muda, memiliki proporsi yang lebih besar, sehingga memiliki pengaruh signifikan dalam menentukan arah kemajuan," tegas Gibran.
Gibran optimistis, hal tersebut menjadi peluang besar bangsa Indonesia dan menjadi kesempatan emas untuk mengelola Bonus Demografi agar bukan menjadi sekedar bonus, bukan menjadi sekedar angka statistik yang fantastis.
"Bonus Demografi justru sebagai jawaban untuk masa depan Indonesia, di mana faktor penentunya ada di teman-teman semua.Karena kita, generasi muda, bukan sekedar bonus, kita adalah jawaban atas tantangan masa depan. Kita lihat sendiri saat ini, banyak anak-anak muda kita yang sudah tampil di garis depan," Gibran menandasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar