Microsoft Luncurkan Mico, Avatar AI Empatik Pengganti Clippy dan Cortana - Liputan6
Microsoft Luncurkan Mico, Avatar AI Empatik Pengganti Clippy dan Cortana
Microsoft resmi memperkenalkan Mico sebagai avatar AI baru yang menjadi wajah Copilot. Perusahaan merancang avatar AI ini agar lebih ekspresif dan empatik saat berinteraksi dengan pengguna
:strip_icc()/kly-media-production/medias/5390495/original/052468700_1761279030-Microsoft_Copilot-Mico__doc.Microsoft_.jpg)
Liputan6.com, Jakarta - Microsoft resmi memperkenalkan Mico, avatar berwajah manusia untuk asisten digital bertenaga kecerdasan buatan (AI) buatan mereka, Copilot.
Peluncuran Mico ini menandai upaya perusahaan untuk memberikan wajah ramah dan suportif pada teknologi AI-nya, berbeda dengan asisten AI generasi sebelumnya, seperti Clippy atau Cortana.
Dilansir dari Bleeping Computer, Minggu (26/10/2025), Mico dirancang untuk lebih suportif dan empati. Avatar ini bisa mendegarkan, bereaksi, dan mengubah warna sesuai emosi percakapan.
Dengan animasi ekspresif dan respons lebih natural, Mico disebutkan hadir untuk membuat interaksi dengan AI terasa lebih hidup. CEO Microsoft AI, Mustafa Suleyman, mengatakan, teknologi seharusnya bekerja untuk melayani manusia, bukan sebaliknya.
"Kami ingin membangun AI mampu memahami, berinteraksi, dan berkolaborasi seperti manusia," katanya di blog resmi Microsoft.
Rencananya, Mico akan meluncur bersamaan dengan Copilot Fall Relesae, yang membawa sejumlah pembaruan besar untuk ekosistem AI Microsoft.
Lebih Personal dengan Memori Jangka Panjang
Raksasa teknologi berbasis di Redmond itu juga menjelaskan, Copilot akan memiliki fitur Memory & Personalization berbarengan dengan digulirkannya pembaruan 'Fall Release' secara global.
Dengan ini, Copilot dapat mengingat konteks, kebiasaan, hingga percakapan sebelumnya, sehingga pengalaman pengguna terasa lebih personal.
Ada juga Connectors, di mana AI milik perusahaan ini akan terintegrasi langsung dengan layanan seperti OneDrive, Outlook, Gmail, Google Drive, dan Google Calender. Pengguna masih tetap mengontrol seluruh akses dengan izin eksplisit untuk menjaga privasi.
Microsoft juga memastikan Mico akan hadir lebih luas dalam beberapa minggu ke depan di Inggris, Kanada, dan wilayah lainnya setelah debut di Amerika Serikat.
Microsoft Suntik Mati Windows 10 Mulai Hari Ini
:strip_icc():watermark(kly-media-production/assets/images/watermarks/liputan6/watermark-color-landscape-new.png,400,20,0)/kly-media-production/medias/3941387/original/002153500_1645458919-Xbox_Series_S_03.jpg)
Microsoft resmi menghentikan seluruh dukungan untuk OS Windows 10 mulai hari ini, Selasa (14/10/2025). Artinya, perusahaan tidak lagi menyediakan pembaruan software hingga update keamanan bagi pengguna OS tersebut.
Meski begitu, PC dan laptop dengan OS Windows 10 tetap bisa digunakan. Pengguna masih bisa mengetik, bekerja, atau berselancar di internet, hanya saja perangkat mereka akan lebih rentan diserang malware dan pencurian data.
Menurut laporan The Guardian , empat dari 10 pengguna Windows di dunia masih menggunakan Windows 10, padahal Microsoft sudah memperkenalkan Windows 11 sejak 2021.
Berhubung Windows 10 tamat , raksasa teknologi berbasis di Redmond tersebut memberikan dua opsi: upgrade PC atau laptop ke Windows 11 atau berlangganan program Extended Security Update (ESU) selama 12 bulan.
Syarat PC atau Laptop Bisa Upgrade ke Windows 11
Namun, tidak semua perangkat bisa langsung pindah dari Windows 10 ke Windows 11 . Microsoft mensyaratkan spesifikasi minimum RAM 4GB dan penyimpanan 64GB.
Pemilik PC atau laptop lebih dari empat tahun kemungkinan besar tidak kompatibel. Untuk membantu pengguna, Microsoft juga sudah menyediakan alat gratis untuk memeriksa apakah PC atau laptop yang dipakai saat ini sudah mendukung Windows 11 atau tidak.
Jika tidak bisa menginstal Windows 11 , maka opsi terakhir yang bisa kamu lakukan adalah membeli PC atau laptop baru.
Dukungan Windows 10 Berakhir 14 Oktober 2025, Apa Masih Aman Digunakan?
:strip_icc()/kly-media-production/medias/1612295/original/065918700_1496391709-Logo_Windows_10_di_Booth_Microsoft_di_Computex_2017_-_Mochamad_Wahyu_Hidayat.jpg)
Selain kemunculan isu pembicaraan soal sistem operasi terbaru buatan Microsoft , Windows 12, sekarang rencana lama raksasa teknologi asal Amerika Serikat (AS) tersebut untuk menghentikan dukungan Windows 10 kembali menjadi topik diskusi.
Diwartakan Engadget , Minggu (12/10/2025), Microsoft akan berhenti memberikan dukungan Windows 10 pada 14 Oktober 2025. Dengan demikian, sistem operasi ini tidak akan mendapat pembaruan sistem keamanan lagi.
Menelahkan kebijakan tersebut, muncul satu pertanyaan, apakah nantinya perangkat yang berjalan di atas Windows 10 masih bisa dan aman digunakan?
Menjawab pertanyaan di atas, pembaruan sistem keamanan yang melindungi Windows 10 dari virus memang tidak memiliki kemampuan untuk menangkal virus baru. Dengan kata lain, perangkat berbasis sistem operasi ini tetap bisa digunakan, namun rentan terpapar virus.
Meskipun banyak pengguna menganggap 'tetap bisa digunakan' berarti masih layak, sebagian besar pengguna lain mulai mencari cara agar dapat menggunakan perangkat tanpa ada ancaman virus .
Melihat kebutuhan tersebut, mungkin ada beberapa opsi yang dapat kamu lakukan:
- Tingkatkan Windows 11 secara gratis jika komputer kamu kompatibel.
- Ganti perangkat baru yang menggunakan Windows 11 atau alternatifnya.
- Daftar program Extended Security Updates (ESU) untuk mendapatkan tambahan pembaruan satu tahun sistem keamanan dari Microsoft.
Microsoft Setop Layanan Cloud Israel
Microsoft tiba-tiba menyetop layanan cloud di Israel, disinyalir karena militer menggunakan penyimpanan data untuk menyimpan riwayat telepon warga Gaza.
Diwartakan CNBC, Selasa (30/9/2025), landasan pengambilan keputusan Microsoft berasal dari laporan berkas investigasi The Guardian pada Agustus yang menuding Unit 8200 Israel telah membangun sistem pelacak panggilan telepon warga Gaza.
“Ketika investigasi sedang berlangsung, kami menemukan sejumlah bukti mencakup informasi penggunaan Artificial Intelligence (AI) dan konsumsi IMOD (kapasitas penyimpanan Azure) di Belanda,” beber Presiden dan Wakil Ketua Microsoft, Brad Smith, dalam sebuah email untuk karyawannya.
Melihat banyaknya bukti yang ada, ternyata itu saja belum cukup. Microsoft ternyata juga mendapat tekanan dari protes karyawan yang membludak, sehingga pada akhirnya muncul keputusan menghentikan layanan di Israel.
Walau tekanan dan laporan investigasi mendukung landasan dalam mengambil keputusan, sayangnya beberapa minggu terakhir, Microsoft telah memecat lima karyawan yang ikut protes di kantor pusat perusahaan di Redmond, Washington, AS.
Menurut informasi yang beredar, tindakan pemecatan ini berlangsung setelah satu minggu PBB mengatakan Israel telah melakukan genosida terhadap warga Palestina dengan invasinya ke Gaza.
:strip_icc()/kly-media-production/medias/4817611/original/090036900_1714471627-Infografis_AI.jpg)