Ini Penampakan Tangki hingga Nozzle di SPBU Hidrogen Pertamina
PT Pertamina (Persero) hari ini memulai pembangunan Hydrogen Refuelling Stations (HRS) alias Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum Hidrogen (SPBH) pertama di Indonesia. Terdapat sejumlah fasilitas yang menarik mata di SPBH tersebut.
Dalam acara Groundbreaking Pertamina Hydrogen Refueling Station yang terlaksana di SPBU Daan Mogot, Rabu (17/1/2034), sebuah miniatur SPBH seukuran pinggang terlihat berdiri di salah satu tenda.
SPBH tersebut bukan bangunan baru, namun tergabung dalam Stasiun Bahan Bakar Umum (SPBU) tempat berbagai kendaraan lain bisa mengisi bahan bakar minyak (BBM) jenis bensin dan solar.
Khusus buat kendaraan hidrogen, Pertamina menyiapkan dua pompa khusus di sebuah jalur yang diberi cat berwarna biru bernama HRS. Pompa khusus tersebut diberi nama Unit Produksi Hydrogen. Lokasinya terletak tidak jauh dari fuel dispenser atau tempat pompa BBM biasa.
Namun, di pompa hidrogen, nozzle alias pipa sambungan gas pun memiliki bentuk yang tidak jauh berbeda dari nozzle BBM biasa. Namun ada yang unik, sebuah logo bertulis H2 terlihat terpampang di pucuk nozzle.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati, mengatakan tidak butuh waktu lama bagi kendaraan untuk mengisi BBM hidrogen. Durasinya hanya tiga menit.
"Katanya kurang dari tiga menit janjinya? (pengisiannya). Dan itu bisa 780 kilo (jarak tempuhnya) dari rumah ke kantor (artinya) itu sebulan gak mengisi," ucap Nicke.
Dari pantauan detikcom, kedua pompa hidrogen itu pun terhubung lewat pipa bawah tanah dengan sejumlah struktur bangunan yang terletak di sisi barat SPBH. Dua bangunan itu adalah H2 Cradle atau dudukan hidrogen, serta H2 Storage + Compressor alias kompresor dan tangki penyimpanan hidrogen.
Terletak di SPBU Daan Mogot, Petamburan, Jakarta Barat, Nicke kemudian menjelaskan bahwa SPBH ditarget rampung dalam enam bulan mendatang. Ia menjelaskan bahwa Pemerintah menggenjot pembangunan SPBH untuk memenuhi target kebijakan energi nasional pemerintah agar penggunaan hidrogen bisa dimulai pada 2023 dan meningkat pada tahun-tahun berikutnya.
Rincian peningkatannya, 8,8 juta ton hidrogen oil ekuivalen pada 2040, 22,8 juta ton hidrogen oil ekuivalen pada 2040, dan 35,4 juta ton hidrogen oil ekuivalen pada 2060.
Pertamina pun menyiapkan setidaknya 17 gudang sumber energi hidrogen yang beberapa di antaranya terletak di Sumatera (4 gudang), Jawa (4 gudang), Kalimantan (3 gudang), Nusa Tenggara (1 gudang), dan Papua (2 gudang). Hidrogen untuk SPBH sendiri diperoleh dari excess gas atau gas berlebih dari operasional Pertamina seperti panas bumi dan gas.
Nicke optimis program itu akan berjalan lancar. Menurutnya, Pertamina adalah salah satu perusahaan pelat merah yang paling siap untuk mendorong penggunaan hidrogen. Pertamina memiliki infrastruktur dan kompetensi dari hulu ke hilir.
"(Hidrogen) Ini bentuk lain gas kan? tambah lagi di renewable energy kita punya geothermal, kita juga ada solar. Jadi kalau ini kita kombinasikan, infrastrukturnya sudah siap, jadi tinggal membangun hydrogen refueling system-nya (SPBH) saja," pungkasnya.
(rrd/rir)
Komentar
Posting Komentar