Monday
4Aug2025
Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
Home Dunia Internasional

Google Dituduh Bantu Genosida Israel di Gaza, Ini Respons Pendirinya | Sindonews

5 min read

 Dunia internasional, Konflik Timur tengah,

Google Dituduh Bantu Genosida Israel di Gaza, Ini Respons Pendirinya | Halaman Lengkap

Google Dituduh Bantu Genosida Israel di Gaza, Ini Respons Pendirinya | Sindonews | Opsitek-1
logo-apps-sindo

Makin mudah baca berita nasional dan internasional.

Jum'at, 11 Juli 2025 - 11:08 WIB

Google Dituduh Bantu...

Salah satu pendiri Google, Sergey Brin, tak terima Google dan perusahaan induknya, Alphabet, dituduh membantu militer Israel melakukan genosida terhadap rakyat Palestina di Gaza. Foto/Miriam Alster/Flash90

WASHINGTON 

- Salah satu pendiri

 Google, 

Sergey Brin, angkat bicara setelah Pelapor Khusus PBB Francesca Albanese menuduh Google dan perusahaan induknya; Alphabet, membantu militer

 Israel 

melakukan genosida terhadap rakyat Palestina di Gaza. Brin mengecam tuduhan itu dengan menyebut PBB secara transparan anti-Semit.

Mengutip laporan dari The Washington Post, Jumat (11/7/2025), Brin menyampaikan pernyataan tersebut di forum internal Google DeepMind pekan lalu, menurut tangkapan layar yang ditinjau oleh surat kabar tersebut.

OpenAI Siapkan Bonus Besar untuk Karyawan yang Tidak Pindah ke Meta |  SindonewsBaca juga OpenAI Siapkan Bonus Besar untuk Karyawan yang Tidak Pindah ke Meta | Sindonews

Sebelumnya, Francesca Albanese, Pelapor Khusus PBB untuk wilayah Palestina yang diduduki Israel, menuduh Google dan perusahaan induknya; Alphabet, telah menyediakan perangkat cloud (komputasi awan) dan artificial intelligence (AI) kepada Pasukan Pertahanan Israel (IDF) selama operasinya di Gaza—tindakan yang digambarkan dalam laporan tersebut sebagai "genosida yang dilakukan oleh Israel".

Baca Juga: AS Jatuhkan Sanksi kepada Pakar PBB yang Ungkap Genosida Israel di Gaza

"Dengan segala hormat, menggunakan istilah genosida dalam kaitannya dengan Gaza sangat menyinggung banyak orang Yahudi yang telah mengalami genosida yang sebenarnya," tulis Brin, yang juga seorang Yahudi.

"Saya juga akan berhati-hati dalam mengutip organisasi yang secara transparan anti-Semit seperti PBB dalam kaitannya dengan isu-isu ini," paparnya.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah menolak anggapan bahwa pasukannya melakukan genosida di Gaza, dengan mengatakan bahwa negaranya bertindak untuk membela diri terhadap upaya genosida oleh Hamas.

Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, lebih dari 57.000 warga Palestina, sebagian besar warga sipil, telah tewas selama operasi militer Israel terhadap Hamas.

Albanese telah berulang kali menyebut kampanye Israel di Gaza sebagai "genosida". Misi AS di PBB telah mendesak pemecatannya, menuduhnya anti-Semitisme dan bias. Pada hari Rabu, Washington menjatuhkan sanksi terhadapnya.

Juru bicara Brin mengatakan kepada The Washington Post bahwa komentar tersebut dibuat sebagai tanggapan atas "laporan yang jelas-jelas bias dan menyesatkan". Google dilaporkan menolak berkomentar.

Terekam Aplikasi Radar, Begini Mengerikannya Detik-Detik Air India Jatuh - MerdekaBaca juga Terekam Aplikasi Radar, Begini Mengerikannya Detik-Detik Air India Jatuh - Merdeka

Sebuah pernyataan dari kantor Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mencatat bahwa para pelapor beroperasi secara independen dan ditunjuk oleh Dewan Hak Asasi Manusia.

Brin, lahir di Moskow pada tahun 1973, berimigrasi ke AS bersama keluarganya pada usia enam tahun. Dia dan sesama pendiri Google, Larry Page, mundur dari operasi sehari-hari pada tahun 2019, meskipun miliarder tersebut telah kembali terlibat dalam upaya AI perusahaan tersebut.

Menurut The Washington Post, Google memperluas dukungan AI kepada militer Israel setelah serangan Hamas pada Oktober 2023. Perusahaan itu dan Amazon sebelumnya telah mendapatkan kontrak cloud senilai USD1,2 miliar dengan pemerintah Israel di bawah Proyek Nimbus.

Google telah menghadapi kritik yang semakin meningkat atas perannya dalam konflik tersebut. Pada bulan Februari, Google menghapus janji dari pedoman AI-nya untuk tidak mengembangkan alat untuk senjata atau pengawasan.

Perusahaan tersebut juga menghadapi pengawasan atas dugaan bias politik. Para pejabat Rusia menuduh Google melakukan diskriminasi terhadap media pemerintah dan membatasi akses bagi pengguna.

Sejak eskalasi konflik Ukraina pada Februari 2022, raksasa teknologi yang berbasis di AS tersebut telah membatasi alat monetisasi untuk entitas yang terkait dengan Rusia dan menangguhkan pembayaran kepada pengembang aplikasi dengan rekening bank Rusia.

(mas)

Iklan - Scroll untuk melanjutkan

Iklan - Scroll untuk melanjutkan

wa-channel

Follow WhatsApp Channel SINDOnews untuk Berita Terbaru Setiap Hari

Follow

Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com,

 Klik Disini 

untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!

Infografis

Jadi Buah Terbaik di...

Jadi Buah Terbaik di Asia Tenggara, Ini 7 Manfaat Manggis untuk Kesehatan

Komentar
Additional JS