Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Ingin Cepat Kaya? Kerja, Jangan Judi - Kumpulan Informasi Teknologi Hari ini, Setiap Hari Pukul 16.00 WIB
    Home Demensia Featured Jepang Kesehatan Spesial

    Jepang Hadapi Krisis Demensia, Bisakah Teknologi Jadi Penyelamat? - SindoNews

    2 min read

     

    Jepang Hadapi Krisis Demensia, Bisakah Teknologi Jadi Penyelamat?

    Minggu, 07 Desember 2025 - 10:29 WIB

    Jepang hadapi krisis Demensia. FOTO/ DOK SindoNews
    A
    A
    A
    TOKYO - Jepang menghadapi krisis demensia yang semakin parah, dengan lebih dari 18.000 lansia penderita demensia dilaporkan hilang dari rumah tahun lalu.



    Lebih dari 18.000 lansia penderita demensia dilaporkan hilang dari rumah di Jepang pada tahun 2024, dengan hampir 500 di antaranya ditemukan meninggal dunia, mencerminkan beban berat pada sistem perawatan lansia.

    Jepang mengadopsi teknologi seperti perangkat GPS, kecerdasan buatan (AI), robot perawatan, dan sensor pemantauan untuk membantu mendeteksi, mengobati, dan merawat pasien demensia secara lebih efisien.

    Meskipun potensinya besar, penggunaan teknologi menghadapi masalah biaya, privasi, dan penerimaan publik, serta tidak dapat sepenuhnya menggantikan kebutuhan interaksi manusia dalam perawatan lansia.

    Hampir 500 dari mereka ditemukan meninggal dunia, menurut laporan polisi, mencerminkan beban berat pada masyarakat tertua di dunia.

    Krisis ini diperparah oleh menyusutnya jumlah tenaga kerja dan pembatasan ketat terhadap masuknya pekerja asing ke sektor perawatan.

    Kementerian Kesehatan Jepang memperkirakan biaya perawatan kesehatan dan sosial terkait demensia akan meningkat dari 9 triliun yen pada tahun 2025 menjadi 14 triliun yen pada tahun 2030.

    Menanggapi hal ini, pemerintah Jepang kini beralih ke teknologi sebagai solusi jangka panjang. Beberapa inovasi yang digunakan antara lain:

    Teknologi untuk Mengatasi Demensia

    - Perangkat GPS yang Dapat Dikenakan: Digunakan untuk melacak pasien demensia yang cenderung berkeliaran tanpa tujuan. Beberapa area juga melibatkan toko swalayan dalam sistem peringatan komunitas, di mana karyawan akan menerima notifikasi jika ada orang hilang yang terlihat di dekatnya.

    - Kecerdasan Buatan (AI): Perusahaan seperti Fujitsu sedang mengembangkan sistem seperti aiGait, yang menganalisis pola berjalan dan postur tubuh untuk mendeteksi tanda-tanda awal demensia. Sistem ini membantu dokter melakukan intervensi lebih awal melalui data pergerakan pasien.

    - Robot Perawatan: Universitas Waseda sedang mengembangkan robot humanoid seberat 150 kg bernama AIREC, yang dapat membantu pasien mengenakan kaus kaki, memasak, dan melakukan pekerjaan rumah tangga ringan. Robot ini juga berpotensi membantu perawatan sehari-hari seperti mengganti popok dan mencegah luka dekubitus.

    - Sensor pemantauan tidur: Digunakan di panti jompo untuk memantau kondisi pasien di malam hari tanpa perlu staf fisik, sehingga mengurangi beban kerja pengasuh.

    Meskipun teknologi menjanjikan, para ahli menekankan bahwa teknologi ini belum sepenuhnya menggantikan sentuhan manusia dalam perawatan lansia.

    Isu-isu seperti biaya, privasi, dan penerimaan sosial masih menjadi tantangan utama dalam penerapan teknologi ini secara luas.

    Namun, dengan populasi yang menua, di mana hampir 10 persen penduduk Jepang diperkirakan akan mengalami penurunan kognitif dalam beberapa dekade mendatang,

    investasi dalam teknologi perawatan dipandang sebagai langkah krusial untuk memastikan sistem kesehatan dan sosial negara tersebut tetap berkelanjutan.
    (wbs)
    Komentar
    Additional JS