Bias Sosial Membuat Pengguna AI di Tempat Kerja Dianggap Malas ,- Selular ID - Opsitek

Informasi Teknologi Pilihanku

demo-image

Post Top Ad

demo-image

Bias Sosial Membuat Pengguna AI di Tempat Kerja Dianggap Malas ,- Selular ID

Share This
Responsive Ads Here

 Kecerdasan buatan

Bias Sosial Membuat Pengguna AI di Tempat Kerja Dianggap Malas

artificial-intelligence-1

Selular.ID – Para peneliti dari Duke University di Nort Carolina, Amerika Serikat (AS) menemukan adanya stigma negatif dalam penggunaan kecerdasan buatan atau AI. Penelitian yang dilakukan untuk lingkungan kerja menunjukkan, banyak sesama rekan kerja menilai menggunakan AI untuk urusan pekerjaan adalah kemalasan.

Perusahaan teknologi bahkan berlomba memutakhirkan AI untuk membuat pekerjaan se-efisien mungkin. Hanya saja, bias sosial membuat pekerja yang sedikit mengetahui AI justru menilai penggunaan AI di lingkungan kerja dipandang sebagai kurang cerdas dan pintar, kurang rajin, bahkan cenderung malas.

Studi itu diterbitkan peneliti dalam Proceedings of the National Academy of Sciences, dan dilakukan oleh Jessica Reif, Richard Larrick, serta Jack Soll. Riset yang dilakukan secara online ini melibatkan 4.400 partisan. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui bagaimana pandangan seseorang terhadap rekan kerjanya yang menggunakan teknologi AI untuk merampungkan urusan kerja.

Disebutkan dalam jurnal, pada penelitian pertama, orang-orang yang diteliti diminta membayangkan diri mereka menggunakan aplikasi AI untuk menyelesaikan tugas kerja. Mereka juga diminta memperkirakan apa yang akan dipikirkan rekan kerjanya terhadap dirinya yang menggunakan AI untuk bekerja.

Dari eksperimen pertama bisa disimpulkan bahwa mayoritas partisipan merasa dirinya tidak kompeten karena bekerja mengandalkan AI. Tak hanya itu, posisi pekerjaan mereka juga berpotensi bisa digantikan, tidak kompeten, dan merasa menjadi pemalas.

Dalam eksperimen kedua, para peneliti menempatkan partisipan sebagai seseorang yang menilai rekan kerjanya yang menggunakan AI untuk urusan pekerjaan. Dari sudut pandang itu, hasilnya masih sama, penggunaan AI di lingkungan kerja dinilai menjadikan individu menjadi kurang kompeten, tidak percaya diri, dan tidak mandiri.

Baca juga: Baterai iPhone Kerap Bermasalah, Berikut Solusinya

Selanjutnya pada eksperimennya yang ketiga, partisipan disuruh membayangkan menjadi perekrut karyawan. Mereka diminta menilai kriteria kandidat yang akan dipekerjakan, dengan kondisi beberapa pekerja mengaku menggunakan AI saat menyelesaikan tugas.

Pada kandidat yang mengaku menggunakan AI, ternyata dinilai rendah oleh partisipan yang memposisikan diri sebagai perekrut. Namun, masih ada pengecualian. Jika perekrut berpengalaman menggunakan AI, maka nilainya tidak terbilang rendah. Eksperimen ketiga ini membuat bias yang menunjukkan adanya keberpihakan dengan AI.

Pada eksperimen ke-empat, peneliti menguji persepsi ketika penggunaan AI diketahui memang cocok untuk tugas yang dikerjakan dan terbukti meningkatkan produktivitas. Dalam kondisi ini, penilaian negatif terhadap pengguna AI berkurang secara signifikan.

Menariknya, studi ini menemukan pola yang konsisten: orang yang memiliki pengalaman pribadi menggunakan AI cenderung lebih menerima penggunaan AI, baik pada dirinya sendiri maupun orang lain.

Dapat disimpulkan, meskipun alat AI menawarkan manfaat nyata secara fungsional, penerapannya di lingkungan kerja masih bisa terhambat oleh bias sosial oleh pengguna dan bukan pengguna AI. Agar AI bisa diterima secara menyeluruh di dunia profesional, budaya kerja perlu berkembang seiring dengan perkembangan teknologi modern.

Ikuti informasi menarik lainnya dari Selular.id di Google News

Rahmawati Fitria Tia
Rahmawati Fitria Tia

Selular.ID – Para peneliti dari Duke University di Nort Carolina, Amerika Serikat (AS) menemukan adanya stigma negatif dalam penggunaan kecerdasan buatan atau AI. Penelitian yang dilakukan untuk lingkungan kerja menunjukkan, banyak sesama rekan kerja menilai menggunakan AI untuk urusan pekerjaan adalah kemalasan.

Perusahaan teknologi bahkan berlomba memutakhirkan AI untuk membuat pekerjaan se-efisien mungkin. Hanya saja, bias sosial membuat pekerja yang sedikit mengetahui AI justru menilai penggunaan AI di lingkungan kerja dipandang sebagai kurang cerdas dan pintar, kurang rajin, bahkan cenderung malas.

Studi itu diterbitkan peneliti dalam Proceedings of the National Academy of Sciences, dan dilakukan oleh Jessica Reif, Richard Larrick, serta Jack Soll. Riset yang dilakukan secara online ini melibatkan 4.400 partisan. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui bagaimana pandangan seseorang terhadap rekan kerjanya yang menggunakan teknologi AI untuk merampungkan urusan kerja.

Disebutkan dalam jurnal, pada penelitian pertama, orang-orang yang diteliti diminta membayangkan diri mereka menggunakan aplikasi AI untuk menyelesaikan tugas kerja. Mereka juga diminta memperkirakan apa yang akan dipikirkan rekan kerjanya terhadap dirinya yang menggunakan AI untuk bekerja.

Dari eksperimen pertama bisa disimpulkan bahwa mayoritas partisipan merasa dirinya tidak kompeten karena bekerja mengandalkan AI. Tak hanya itu, posisi pekerjaan mereka juga berpotensi bisa digantikan, tidak kompeten, dan merasa menjadi pemalas.

Dalam eksperimen kedua, para peneliti menempatkan partisipan sebagai seseorang yang menilai rekan kerjanya yang menggunakan AI untuk urusan pekerjaan. Dari sudut pandang itu, hasilnya masih sama, penggunaan AI di lingkungan kerja dinilai menjadikan individu menjadi kurang kompeten, tidak percaya diri, dan tidak mandiri.

Baca juga: Baterai iPhone Kerap Bermasalah, Berikut Solusinya

Selanjutnya pada eksperimennya yang ketiga, partisipan disuruh membayangkan menjadi perekrut karyawan. Mereka diminta menilai kriteria kandidat yang akan dipekerjakan, dengan kondisi beberapa pekerja mengaku menggunakan AI saat menyelesaikan tugas.

Pada kandidat yang mengaku menggunakan AI, ternyata dinilai rendah oleh partisipan yang memposisikan diri sebagai perekrut. Namun, masih ada pengecualian. Jika perekrut berpengalaman menggunakan AI, maka nilainya tidak terbilang rendah. Eksperimen ketiga ini membuat bias yang menunjukkan adanya keberpihakan dengan AI.

Pada eksperimen ke-empat, peneliti menguji persepsi ketika penggunaan AI diketahui memang cocok untuk tugas yang dikerjakan dan terbukti meningkatkan produktivitas. Dalam kondisi ini, penilaian negatif terhadap pengguna AI berkurang secara signifikan.

Menariknya, studi ini menemukan pola yang konsisten: orang yang memiliki pengalaman pribadi menggunakan AI cenderung lebih menerima penggunaan AI, baik pada dirinya sendiri maupun orang lain.

Dapat disimpulkan, meskipun alat AI menawarkan manfaat nyata secara fungsional, penerapannya di lingkungan kerja masih bisa terhambat oleh bias sosial oleh pengguna dan bukan pengguna AI. Agar AI bisa diterima secara menyeluruh di dunia profesional, budaya kerja perlu berkembang seiring dengan perkembangan teknologi modern.

Ikuti informasi menarik lainnya dari Selular.id di Google News

Comment Using!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Bottom Ad

Pages